ILMU DAN KARYA

ILMU & KARYA UNTUK KESEJAHTERAAN

15 December 2015

BERBURU CALON MAHASISWA


Dalam tulisan ini, pengelola AKNESS sedikit berbagi cerita kepada para pembaca. Akness adalah singkatan dari Akademi Komunitas Negeri Sorong Selatan.  Akademi ini didirikan pada tahun 2014, dan merupakan program kerjasama Pemda Kabupaten Sorong Selatan dengan Universitas Papua.
Kabupaten Sorong selatan terkenal akan sumber daya alam hutan sagunya. Sagu merupakan potensi yang perlu dikembangkan. Pengembangan potensi sagu kedepan diharapkan dapat berpengaruh positif terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat. Upaya pengembangan tanaman sagu memerlukan dukungan sumber daya  manusia yang memadai. Untuk menghasilkan sumber daya manusia yang siap mengembangkan tanaman sagu maka diperlukan lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan yang benar-benar dapat memberikan sentuhan pendidikan dan inovasi bagi masyarakat sesuai dengan karakteristik sumberdaya alam yang ada. Konsep lembaga pendidikan seperti ini diinisiasi dengan pendirian kampus AKNESS.





Tim Sosialiasi  AKNESS siap berangkat ke Distrik Metemani dan Inanwatan 

Semangat awal pendirian kampus Akness adalah bagaimana meningkatkan Angka Partisipasi Kasar (APK) peserta didik pada cakupan wilayah Sorong Selatan. Memasuki tahun akademik 2015/2016, pengelola mulai melakukan sosialisasi ke beberapa daerah/distrik di Kabupaten Sorong Selatan. Sebaran distrik di derah ini cukup beragam, mulai dari daerah pesisir pantai (Inanwatan-Kokoda), dataran rendah (Teminabuan, Seremuk) sampai dataran menengah (Sawiat). Selain beberapa daerah di Kabupaten Sorong Selatan, pengelola juga memperluas daerah rekrutmen sampai ke wilayah Maybrat.
Untuk beberapa daerah yang tersebar di daerah dataran rendah dan menengah, tim sosialisasi menggunakan transportasi darat. Beberapa daerah terjauh yang dapat dijangkau dengan transportasi darat adalah Distrik Kais, Distrik Syaifi, dan Distrik Seremuk. Sementara daerah pesisir pantai seperti daerah Inanwatan dan Kokoda hanya dapat dijangkau dengan long boat.
Setiap daerah memiliki tantangan tersendiri. Untuk Distrik Kais, Distrik Syaifi, dan Distrik Seremuk tantangan beratnya berkaitan dengan kondisi jalan. Pada musim hujan, kondisi jalan cukup sulit, karena beberapa jalan berlumpur dan sulit dilalui.
Untuk beberapa distrik di wilayah pesisir tantangan terberatnya adalah bagaimana menghadapi ombak pada daerah tanjung. Beberapa kampong dan distrik di wilayah pesisir Sorong Selatan terletak dipinggiran pantai yang berhadapan langsung dengan laut banda. Perjalanan akan semakin rumit ketika harus berhadapan dengan musim ombak.


Menembus daerah pesisir untuk mensosialisasikan Kampus Akness merupakan pengalaman yang sangat menantang. Perjalanan sosialisasi ke daerah Inanwatan dimulai dari Pelabuhan Teminabuan. Pengelola Akness, yang terbentuk dalam Tim Sosialisasi Inanwatan mulai berangkat pada pukul 08.00 Wit menggunakan motor Jhonson 40 PK. Perjalanan menyusuri daerah aliran sungai di sepanjang wilayah Konda, hingga menebus muara Konda.
Target lokasi tujuan awal adalah distrik Metemani. Ibu kota distrik Metemani terletak di kampung Mugim.  Di distrik ini juga terdapat perusahaan ANJ yang mulai bergerak dalam pengelolaan sagu alam di wilayah kampung Saga. Tim sosialisasi menyempatkan waktu untuk berkunjung ke perusahaan dan bertemu dengan pengelola. Setelah dari perusahaan ANJ, tim kemudian melanjutkan perjalanan kembali ke kampung Mugim.
Di Kampung Mugim, tim harus bermalam di kantor Distrik dengan kondisi seadanya. Fasilitas listrik di distrik ini masih sangat terbatas, walaupun demikian keterbatasan ini tidak membuat tim lantas menyerah. Tim sosialisasi yang dibantu dengan aparat kampung kemudian melakukan sosialisasi. Seleksi beberapa calon mahasiswa  melalui test dilakukan pada malam hari dengan penerangan bantuan genset.

Kampung Mugim, Distrik Metemani
Setelah kegiatan sosialisasi dilakukan di kampung Mugim, tim kemudian melanjutkan perjalanan menuju distrik Inanwatan. Kampung Siri-siri adalah kampung yang akan djiadikan tempat istirahat. Jarak dari Kampung Sirisiri sampai ke ibu kota Distrik Inanwatan kurang lebih 10 km. Dari kampung Sirisiri untuk sampai ke distrik Inanwatan dapat ditempuh melalui 2 jalan, yaitu melewati suatu Tanjung yang dikenal dengan "Tanjung Pikiran" dan jalan alternatif lainnya adalah melewati suatu daerah yang dikenal dengan nama Sertubir. Dari Sertubir dilanjutkan dengan berjalan kaki selama 40 menit untuk sampai ke distrik Inanwatan.
Tim sosialisasi melakukan sosialisasi selama 2 hari di distrik Inanwatan. Di distrik ini terdapat fasilitas Bandara yang hanya dapat didarati oleh pesawat Susi Air. Distrik Inanwatan merupakan salah satu distrik dengan jumlah penduduk cukup padat. Di Distrik ini terdapat 1 sekolah menengah kejuruan untuk menjawab kebutuhan pendidikan peserta didik lulusan SMP dari daerah Inanwatan, Metemani dan Kokoda.  


Bandar Udara Inanwatan

Sosialisasi dan rekrutmen mahasiswa baru dilakukan di Kantor Distrik Inanwatan. Selama proses sosialisasi, tim dibantu juga oleh mahasiswa. Sehingga perjalanan dan proses seleksi tampak lebih mudah. Setelah melakukan sosialisasi di Distrik Inanwatan, tim kembali ke Kampung Sirisiri. Alasan tim sosialisasi memilih  kampung Sirisiri sebagai tempat istirahat karena salah satu dari anggota tim adalah mahasiswa Akness yang berasal dari Kampung Sirisiri. 
Kampung Sirisiri memiliki keindahan tersendiri, terutama ketika menjelang mata hari terbenam. Berjalan dan menikmati hamparan pasir pantai terbentang disepanjang pinggiran pantai kampung Sirisiri disaat matahari sedang terbenam seakan menjawab perasaan lelah tim sosialisasi Akness.  Pada malam hari, terdengar deburan ombak disertai tiupan angin, seakan kampung ini memberikan suasana tenang dan damai serta jauh dari hirukpikuk keramaian kota Teminabuan.




Pesisir Pantai Kampung Sirisiri
Kampung Sirisiri adalah salah satu ikon keindahan alam pesisir pantai Inanwatan. Dari Kampung Sirisiri tampak dari kejauhan adalah Tanjung Pikiran. Tanjung ini memiliki nama yang unik. Alasan mengapa tanjung ini dinamai “Tanjung Pikiran” karena setiap nelayan yang akan melewati tanjung ini harus berpikir ekstra untuk melawan kerasnya deburan ombak  ketika air pasang. Terkadang kampung Sirisiri adalah tempat istirahat sementara ketika nelayan yang akan melewati Tanjung Pikiran merasa ragu untuk berhadapan dengan ombak di ujung tanjung ini. 
Setelah 2 hari melakukan sosialisasi di distrik Inanwatan, tim sosialisasi kemudian bertolak kembali ke Teminabuan. Deburan ombak, alur sungai kecil serta muara sungai Woronggei seakan memberikan pengalaman yang  tidak pernah dilupakan oleh Tim Sosialisasi AKNESS. Ditambah lagi dengan keramahan masyarakat Kampung Sirisiri menambah indahnya perjalanan tim sosialisasi Akness.  Setelah menempuh perjalanan selama kurang 4 jam, tim sosalisasi Akness kemudian  kembali ke Teminabuan.   


No comments: