Dalam tulisan ini, pengelola AKNESS sedikit berbagi cerita kepada para pembaca. Akness adalah
singkatan dari Akademi Komunitas Negeri Sorong Selatan. Akademi ini didirikan pada tahun 2014, dan merupakan program kerjasama Pemda Kabupaten Sorong Selatan dengan
Universitas Papua.
Kabupaten Sorong
selatan terkenal akan sumber daya alam hutan sagunya. Sagu merupakan potensi
yang perlu dikembangkan. Pengembangan potensi sagu kedepan diharapkan dapat
berpengaruh positif terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat. Upaya
pengembangan tanaman sagu memerlukan dukungan sumber daya manusia yang memadai. Untuk menghasilkan
sumber daya manusia yang siap mengembangkan tanaman sagu maka diperlukan
lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan yang benar-benar dapat memberikan
sentuhan pendidikan dan inovasi bagi masyarakat sesuai dengan karakteristik
sumberdaya alam yang ada. Konsep lembaga pendidikan seperti ini diinisiasi
dengan pendirian kampus AKNESS.
Tim Sosialiasi AKNESS siap berangkat ke Distrik Metemani dan Inanwatan |
Semangat awal
pendirian kampus Akness adalah bagaimana meningkatkan Angka Partisipasi Kasar (APK)
peserta didik pada cakupan wilayah Sorong Selatan. Memasuki tahun akademik
2015/2016, pengelola mulai melakukan sosialisasi ke beberapa daerah/distrik di
Kabupaten Sorong Selatan. Sebaran distrik di derah ini cukup
beragam, mulai dari daerah pesisir pantai (Inanwatan-Kokoda), dataran rendah
(Teminabuan, Seremuk) sampai dataran menengah (Sawiat). Selain beberapa daerah
di Kabupaten Sorong Selatan, pengelola juga memperluas daerah rekrutmen sampai
ke wilayah Maybrat.
Untuk beberapa daerah yang tersebar di
daerah dataran rendah dan menengah, tim sosialisasi menggunakan transportasi darat.
Beberapa daerah terjauh yang dapat dijangkau dengan transportasi darat adalah
Distrik Kais, Distrik Syaifi, dan Distrik Seremuk. Sementara daerah pesisir
pantai seperti daerah Inanwatan dan Kokoda hanya dapat dijangkau dengan long boat.
Setiap daerah memiliki tantangan
tersendiri. Untuk Distrik Kais, Distrik Syaifi, dan Distrik Seremuk tantangan
beratnya berkaitan dengan kondisi jalan. Pada musim hujan, kondisi jalan cukup
sulit, karena beberapa jalan berlumpur dan sulit dilalui.
Untuk beberapa distrik di wilayah
pesisir tantangan terberatnya adalah bagaimana menghadapi ombak pada daerah
tanjung. Beberapa kampong dan distrik di wilayah pesisir Sorong Selatan
terletak dipinggiran pantai yang berhadapan langsung dengan laut banda. Perjalanan
akan semakin rumit ketika harus berhadapan dengan musim ombak.
Menembus daerah
pesisir untuk mensosialisasikan Kampus Akness merupakan pengalaman yang sangat
menantang. Perjalanan sosialisasi ke daerah Inanwatan dimulai dari Pelabuhan
Teminabuan. Pengelola Akness, yang terbentuk dalam Tim Sosialisasi Inanwatan
mulai berangkat pada pukul 08.00 Wit menggunakan motor Jhonson 40 PK.
Perjalanan menyusuri daerah aliran sungai di sepanjang wilayah Konda, hingga
menebus muara Konda.
Target lokasi tujuan
awal adalah distrik Metemani. Ibu kota distrik Metemani terletak di kampung Mugim. Di distrik ini juga terdapat perusahaan ANJ
yang mulai bergerak dalam pengelolaan sagu alam di wilayah kampung Saga. Tim
sosialisasi menyempatkan waktu untuk berkunjung ke perusahaan dan bertemu
dengan pengelola. Setelah dari perusahaan ANJ, tim kemudian melanjutkan
perjalanan kembali ke kampung Mugim.
Di Kampung Mugim, tim
harus bermalam di kantor Distrik dengan kondisi seadanya. Fasilitas listrik di
distrik ini masih sangat terbatas, walaupun demikian keterbatasan ini tidak
membuat tim lantas menyerah. Tim sosialisasi yang dibantu dengan aparat kampung
kemudian melakukan sosialisasi. Seleksi beberapa calon mahasiswa melalui test dilakukan pada malam hari dengan
penerangan bantuan genset.
Kampung Mugim, Distrik Metemani |
Setelah kegiatan
sosialisasi dilakukan di kampung Mugim, tim kemudian melanjutkan perjalanan
menuju distrik Inanwatan. Kampung Siri-siri adalah kampung yang akan djiadikan
tempat istirahat. Jarak dari Kampung Sirisiri sampai ke ibu
kota Distrik Inanwatan kurang lebih 10 km. Dari kampung Sirisiri untuk sampai
ke distrik Inanwatan dapat ditempuh melalui 2 jalan, yaitu melewati suatu Tanjung yang dikenal dengan "Tanjung Pikiran" dan jalan alternatif lainnya adalah melewati suatu daerah yang dikenal
dengan nama Sertubir. Dari Sertubir dilanjutkan dengan berjalan kaki selama 40 menit untuk sampai ke distrik Inanwatan.
Tim sosialisasi
melakukan sosialisasi selama 2 hari di distrik Inanwatan. Di distrik ini terdapat
fasilitas Bandara yang hanya dapat didarati oleh pesawat Susi Air. Distrik
Inanwatan merupakan salah satu distrik dengan jumlah penduduk cukup padat. Di Distrik ini terdapat 1 sekolah
menengah kejuruan untuk menjawab kebutuhan pendidikan peserta didik lulusan SMP
dari daerah Inanwatan, Metemani dan Kokoda.
Bandar Udara Inanwatan |
Sosialisasi dan
rekrutmen mahasiswa baru dilakukan di Kantor Distrik Inanwatan. Selama proses
sosialisasi, tim dibantu juga oleh mahasiswa. Sehingga perjalanan dan proses
seleksi tampak lebih mudah. Setelah melakukan sosialisasi di Distrik Inanwatan,
tim kembali ke Kampung Sirisiri. Alasan tim sosialisasi memilih kampung Sirisiri sebagai tempat istirahat karena
salah satu dari anggota tim adalah mahasiswa Akness yang berasal dari Kampung
Sirisiri.
Kampung Sirisiri
memiliki keindahan tersendiri, terutama ketika menjelang mata hari terbenam. Berjalan
dan menikmati hamparan pasir pantai terbentang disepanjang pinggiran pantai kampung Sirisiri disaat matahari
sedang terbenam seakan menjawab perasaan lelah tim sosialisasi Akness. Pada malam hari, terdengar deburan ombak
disertai tiupan angin, seakan kampung ini memberikan suasana tenang dan damai serta jauh
dari hirukpikuk keramaian kota Teminabuan.
Pesisir Pantai Kampung Sirisiri |
Kampung Sirisiri adalah
salah satu ikon keindahan alam pesisir pantai Inanwatan. Dari Kampung Sirisiri
tampak dari kejauhan adalah Tanjung Pikiran. Tanjung ini memiliki nama yang
unik. Alasan mengapa tanjung ini dinamai “Tanjung Pikiran” karena setiap
nelayan yang akan melewati tanjung ini harus berpikir ekstra untuk melawan kerasnya deburan ombak ketika air pasang. Terkadang kampung Sirisiri adalah
tempat istirahat sementara ketika nelayan yang akan melewati Tanjung Pikiran
merasa ragu untuk berhadapan dengan ombak di ujung tanjung ini.
Setelah 2 hari
melakukan sosialisasi di distrik Inanwatan, tim sosialisasi kemudian bertolak
kembali ke Teminabuan. Deburan ombak, alur sungai kecil serta muara sungai
Woronggei seakan memberikan pengalaman yang tidak pernah dilupakan oleh Tim Sosialisasi AKNESS.
Ditambah lagi dengan keramahan masyarakat Kampung Sirisiri menambah indahnya
perjalanan tim sosialisasi Akness. Setelah
menempuh perjalanan selama kurang 4 jam, tim sosalisasi Akness kemudian kembali ke Teminabuan.
No comments:
Post a Comment